Minggu, 06 November 2011

KEBANGKITAN DUNIA ISLAM


KEBANGKITAN DUNIA ISLAM
Gerakan Pemikiran Modern (Modernisasi) Dunia Islam


MAKALAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Hadist yang dibina oleh Cecep Moch. Kamal, S. Ag., M. M.













 












Oleh:
IBRAHIM HASANUDIN





PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YAPATA AL-JAWAMI
BANDUNG
2011
KATA PENGANTAR

Puji beriring syukur penulis panjatkan kepada Ilahi Robbi yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, para shahabatnya, dan kepada umat yang mengikuti ajaran serta sunahnya.
Makalah yang penulis susun ini mengandung pokok bahasan mengenai pola kerjasama tripusat pendidikan Islam dengan sub-sub bahasannya yaitu unsur pokok pendidikan, peranan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pendidikan Islam, dan pengaruh timbale balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Makalah ini penulis susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Ulumul Hadist yang dibina oleh Cecep Moch. Kamal, S. Ag., M. M.
Meskipun makalah ini jauh dari kesempurnaan, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Akhir kata, penulis ucapkan Alhamdulillah dan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga segala kebaikannya mendapatkan balasan dari Allah SWT berupa pahala yang berlipat ganda, amin.


Bandung,     Februari 2011


Penulis









PENDAHULUAN

Jatuhnya kota Bagdad pada tahun 1258 ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri sitem kekhalifahan Abbasiyah, tetapi juga masa awal dari kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang kaya akan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumi-hanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Setelah itu, seiring perjalanan waktu, maka dengan secara signifikan bangsa barat menjadi semakin maju dan modern. Hal ini disebabkan karena mereka mengembangkan dan menguasai Ilmu pengetahuan yang mereka rampas dari kota seribu satu malam itu sendiri. Semua ini telah membuka mata hati kaum muslimin bahwa mereka telah mengalami kemunduran.
Dengan demikian, terutama kaum muslimin yang berada di Mesir mulai bangkit dan refarasi mulai dari bidang agama (aqidah) hingga bidang politik, sains, dan teknologi.
Gerakan modernisasi dalam Islam dipelopori oleh para tokoh Islam yang berusaha sekuat tenaga untuk kembali pada ajaran agama yang benar dan berusaha kembali untuk memajukan Islam dan umatnya. Para pemimpin Islam menyadari kelemahan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dari berbagai aspek, setelah di antara mereka berdialog atau berhadapan langsung dengan kemajuan peradaban bangsa barat.
Menyadari kekalahan dan kelemahan dalam berbagai aspek kehidupan dari bangsa-bangsa barat, Islam mulai bangkit kembali untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan. Bangsa yang pertama kali mengalami ketertinggalan dan keterbelakangan itu adalah Turi Ustmani dan Mesir.









KEBANGKITAN DUNIA ISLAM
Gerakan Pemikir Modern (Modernisasi) Dunia Islam

A.  Para Tokoh Pembaharuan (Modernisasi) di Mesir
1.    Muhammad ibn Abdul Wahhab (1703 – 1787 M)
Muhammad ibn Abdul Wahhab lahir di Vyaina Nejd pada tahun 1703. Beliau berasal dari keluarga ulama terkenal. Pemikiran gerakan Muhammad ibn Abdul Wahhab didasari atas kenyataan yang ada di sekitar tempat kelahirannya. Beliau melihat bahwa kemurnian ajaran Islam telah rusak oleh ajaran-ajaran tarekat dan praktek mistik yang berlebihan. Umat Islam yang bermasalah tidak langsung berdo'a kepada Allah SWT dan mengadu kepada-Nya serta berusaha, tetapi kebanyakan di antara mereka dating ke dukun dan kuburan para wali.
Muhammad ibn Abdul Wahhab memulai adanya gerakan pemurnian dikarenakan adanya kebudayaan masyarakat yang cenderung menyimpang dari fundamental ajaran Islam yang sesungguhnya. Perbuatan mereka itu mencerminkan sikap syirik, khirafat, dan bid'ah yang perlu diberantas dan diarahkan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW: "Dari Umil Mukminin ibn Abdillah yang bernama Aisyah r. a. katanya: Rasulullah SAW telah bersabda: Barang siapa membuat peraturan baru dalam syariat agama kami ini dengan suatu aturan yang tidak terdapat sandaran dalil-dalil darinya maka dia tertolak" (HR. Imam Bukhari dan Muslim). Pada riwayat lain, Imam Muslim: "Barang siapa yang beramal dengan suatu amal yang tidak terpulang kepada dalil yang syariat kami, maka dia bertolak"
Adapun bid'ah menurut terminologi adalah perbuatan yang baru yang tidak ada perintah dari Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan bid'ah menurut pembagiannya oleh Syekh Imam Nawawi ada lima bagian, yaitu:
a.    Bid'ah yang wajib, yaitu setiap bid'ah yang dipendapatkan di dalamnya azas pokok hokum syara dan dalil-dalilnya yang wajib. Contohnya:
Pembukuan Al-Qur'an oleh Ustman bin Affan dn Hadist oleh Umar bin Abdul Aziz ketika menjabat kepala pemerintah Islam. Sedangkan pada masa Nabi SAW pembukuan ini belum pernah dilakukan.
b.    Bid'ah yang hasan, yaitu bid'ah yang di dalamnya terdapat azas pokok hokum syara yang sunat dan dalil-dalilnya, seperti mendirikan pondok pesantren, rumah sakit, rumah-rumah, jalan-jalan, dan lain-lain.
c.    Bid'ah yang haram, yaitu bid'ah yang didalamnya terdapat azas pokok syariat yang haram serta dalil-dalilnya. Seperti, hal yang tidak disukai dari masyarakat Mesir yang sering dating ke dukun.
d.   Bid'ah yang makruh, yaitu bid'ah yang di dalamnya terdapat azas pokok hokum syariat yang makruh serta dalil-dalilnya, seperti menghiasi mesjid.
e.    Bid'ah yang mubah, yaitu bid'ah yang di dalamnya terdapat azas pokok hokum syariat yang mubah serta dalil-dalilnya. Seperti memperelok pakaian dan makanan.
Selanjutnya untuk memberantas syirik, khifarat, dan bid'ah itu, Muhammad ibn Abdul Wahhab melahirkan gerakan pemurnian ajaran Islam. Gerakan ini dikenal dalam sejarah Islam dengan sebutan gerakan "Wahabiyah" atau gerakan "Muwahhid".
Di antara pemikiran-pemikiran Muhammad ibn Abdul Wahhab yang mempunyai pengaruh dalam perkembangan pemikiran pembaharuan pada abad ke-19 M adalah:
a.    Al-Qur'an dan Hadist merupakan sumber asli ajaran Islam. Sedangkan pendapat para ulama bukan merupakan sumber ajaran Islam.
b.    Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c.    Pinti ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup.

2.    Muhammad Ali Pasha (1765 – 1849 M)
Muhammad Ali Pasha dilahirkan di Kawwala, Yunani, pada tahun 1765 M dan meninggal di Mesir pada tahun 1849 M. Beliau dalah salah satu perwira dari pasukan uang di sediakan oleh Sultan Salim III (1789 – 1807) untuk melawan tentara Napoleon yang menguasai Mesir. Sejak kecil beliau memiliki keterampilan dan kecerdasan luar biasa. Dalam perjalanan karirnya, banyak usaha untuk memperbaharukan atau memodernisir umat Islam yang jauh tertinggal dari Negara-negara barat. Di antara usaha-usaha pembaharuan yang dilakukannya adalah:
a.    Dalam Bidang Hukum
Jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon Bonaparte menyadarkan Muhammad Ali Pasha. Beliau melihat kemajuan yang dicapai Negara-negara barat, terutama Perancis. Kemajuan teknologi peperangan membuat Perancis mudah menguasai Mesir (1798 – 1802). Setelah Perancis dapat diusir Inggris pada tahun 1802 M, Muhammad Ali Pasha mengundang Sare, seorang perwira tinggi Perancis untuk melatih tentara Mesir. Untuk keperluan itu, beliau mendirikan sekolah militer pada tahun 1815 M dan mengirimkan pelajar untuk belajar kemiliteran di Perancis.
b.    Dalam Bidang Pendidikan
Muhammad Ali Pasha sangat besar perhatiannya terhadap dunia pendidikan. Oleh karena itu, pada tahun 1815 M mendirikan sekolah militer, sekolah teknik tahun 1816 M, sekolah kedokteran tahun 1827 M, sekolah apoteker tahun 1829 M, sekolah pertambangan pada tahun 1834 M, dan sekolah penerjemahan pada tahun 1836 M. Selain itu, beliau juga banyak mengirim pelajar ke Perancis untuk belajar pengetahuan berupa sains dan teknologi barat.
c.    Dalam Bidang Ekonomi
Pengambil-alihan kepemilikan tanah oleh Negara dan hasilnya dipergunakan untuk kepentingan pembangunan Negara dan untuk menjaga kesuburan tanah mesir, beliau membangun irigasi sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik.

3.    Al-Tahtawi (1801 – 1873 M)
Rifa'ah Badawi Rafi'al-Tahtawi adalah salah seorang pembaharu dalam dunia Islam. Beliau lahir pada tahun 1801 M di Tahta, Mesir dan meninggal pada tahun 1873 M.
Sebelum beliau pergi ke Perancis, beliau banyak mempelajari peradaban barat dan kemajuan yang dicapainya di Institute Egypte. Setelah menamatkan pendidikannya di Al-Azhar tahun 1822 M dan mengajar di almamaternya selama kurang lebih 2 tahun. Karena mendapat dorongan kuat dari gurunya Al-Attan dan mendapat kesempatan yang diberikan Muhammad Ali Pasha kepadanya, maka beliau belajar di Perancis dan menjadi imam para pelajar Mesir di Perancis. Beliau banyak membaca buku-buku karya tokoh-tokoh besar umat Islam dan bangsa barat. Dengan ketekunannya belajar bahasa Perancis secara otodidak, akhirnya beliau mampu menyaingi kehebatan pelajar-pelajar Mesir lainnya yang belajar bahasa itu secara formal di kelas-kelas. Selama di Perancis beliau berhasil menerjemahkan 12 buku ke dalam bahasa Arab. Sekembalinya ke Mesir, beliau diberi kepercayaan untuk mendirikan sekolah penerjemahan tahun 1836 M. Di sekolah ini membagi 4 bagian, yaitu ilmu pasti, ilmu kedokteran, ilmu fisika, dan sastra.
Di antara buku-buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa arab adalah buku-buku bidang filsafat, biografi, logika, ilmu bumi, politik, antropologi, dan lain-lain. Di samping itu beliau juga aktif menulis di Koran Al-Waqa'I Al-Mishriyah.
Kehebatannya menulis terulang dalam karyanya yang monumental, di antaranya:
a.    Takhlish al-Ibriz Fi Talkhish Bariz. Buku ini berisi tentang kemajuan Eropa, terutama di Paris.
b.    Manahij al-Bab al-Mishiriyah fi Manahij al-Adab al-Ashriyah. Buku ini menerangkan tentang pentingnya sector ekonomi bagi kemajuan Negara.
c.    Al-Qaulu al-Sadid fi al-Ijtihad wa al-Taqlid. Buku ini tentang keharusan ijtihad dan pintu ijtihad menurutnya tidak tertutup.
d.   Anwar Taufiq al-Jalil fi Akbar al-Mishr wa Tautsiq Bani Ismail. Buku ini berisi tentang puji-pujian terhadap raja dalam memajukan pembangunan di Mesir, sehingga Mesir mengalami kemajuan pesat.
Adapun ide-ide pembaharuan (modernisasi) yang dilontarkan oleh Tahtawi:
a.    Ajaran Islam bukan hanya mementingkan akhirat semata, tetapi juga soal kehidupan di dunia. Umat Islam juga harus memperhatikan kehidupan di dunia ini.
b.    Kekuatan absolut raja harus dibatasi syariat, dan raja harus bermusyawarah dengan ulama dan intelektual.
c.    Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan zaman. (modern).
d.   Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan modern agar dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan masyarakat modern.
e.    Pendidikan harus bersifat universal. Wanita harus memiliki pendidikan dengan kaum pria. Istri harus menjadi teman dalam kehidupan intelektual dan sosial.
f.     Umat Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.

4.    Jamaluddin Al-Afghani (1839 – 1879 M)
Nama lengkanya adalah Sayyid Jamaluddin Al-Afghani. Beliau lahir di Asad Abad pada tahun 1893 M. Sejak kecil beliau sudah belajar membaca Al-Qur'an. Kemudian belajar bahasa Arab, Persia, dan ilmu-ilmu lainnya, seperti tafsir, hadist, tasawuf, dan filsafat.
Sejak usia 20 tahun beliau sudah menjadi pembantu Pangeran Dostn Muhammad Khan di Afganistan dan tahun 1864 M menjadi penasehat Sher Ali Khan dan menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad 'Azham Khan.
Hal itu disebabkan karena kecerdasan dan kepribadiannya yang menarik. Beliau banyak memperoleh pengalaman dalam pengembaraannya ke beberapa negara. Mula-mula ke India, lalu ke Mesir memberikan kuliah di hadapan kaum intelektual di Al-Azhar. Di antara muridnya yang terkenal adalah Muhammad Abdu dan Saad Zaglul.
Karena persoalan politik di Mesir, Jamaluddin pergi ke Paris. Di kota ini beliau mendirikan sebuah organisasi bernama al-Urwatul Wustqa yang beranggotaan muslim militant di India, Mesir, Syiria, dan Afrika Utara, yang bertujuan memperkuat persaudaraan Islam untuk mencapai kemajuan.
Organisasi Al-Urwatul Wutsqo kemudian menertibkan majalah dengan nama yang sama dengan organisasi itu. Karen aide dan isinya dianggap terlalu keras mengancam kekuasaan penjajahan barat, maka majalah ini dibradal dan dilarang untuk terbit.
Pada tahun 1892 M Jamaluddin al-Afghani pergi ke Istanbul atas undangan Sultan Abdul Hamid untuk memikirkan pelaksanaan politik Islam dalam menghadapi barat. Saat itu kerajaan Turki Ustmani terdesak oleh bangsa Eropa dan Sultan Hamid membutuhkan pendapat Jamaluddin al-Afghani.
Keinginan Sultan Hamid tidak tercapai, karena adanya perbedaan persepsi mengenai system pemerintahan sebab Jamaluddin sebagai pembaharu tentunya mempunyai pandangan liberal dan pemerintahan. Tetapi Sultan Abdul Hamidsebagai penguasa menjalankan pemerintahan dengan jalan diktator.
Gerakan politik yang paling menonjol dilakukan Jamaluddin al-Afghani, yaitu menyebarkan ide Pan-Islamisme (nasionalisme) di dunia Islam. Untuk mencapai ide ini beliau mendirikan partai nasional (Al-Hizb al-Wathani) di Mesir, tujuannya memperjuangkan pendidikan universal, menyelenggarakan kebebasan pers, dan sebagainya. Gerakan ini pada tahun 1838 M telah membangkitkan semangat umat Islam dalam menggalang persatuan dan kesatuan dalam menentang penjajahan yang dilakukan oleh bangsa barat. Karena perbedaan pendapat inilah akhirnya Jamaluddin ditahan di penjara Istanbul hingga beliau wafat. Meskipun beliau telah tiada, tapi pemikiran yang dicetuskannya banyak membawa pengaruh dalam dunia Islam. Di antara pembaharuan pemikiran yang dimunculkan Jamaluddin al-Afghani:
a.    Untuk mengembalikan kejayaan umat Islam di masa lalu dan sekaligus menghadapi dunia modern. Umat Islam kembali kepada ajaran Islam yang murni dan memahami Islam harus dengan rasio (pemikiran yang masuk akal) dan kebebasan.
b.    Corak pemerintahan otokrasi dan absolute harus diganti dengan pemerintahan demokratis. Kepada Negara harus harus bermusyawarah dengan pemuka masyarakat yang berpengalaman.
c.    Kepala Negara harus tunduk kepada undang-undang.
d.   Kemunduran umat Islam dalam bidang politik disebabkan karena terjadinya perpecahan dalam umat Islam itu sendiri.
e.    Tidak ada pemisahan antara agama dan politik.
f.     Pan-Islamisme atau rasa solidaritas antara umat Islam harus dihidupkan kembali.

5.    Muhammad Abduh (1849 – 1905 M)
Muhammad Abduh lahir di Mesir Hilir tahun 1849 M. Ayahnya bernama Abduh Hasan Khairullah yang berasal dari Turki dan Ibunya yang bersilsilahkan sampai kepada suku Umar bin Khatab.
Muhammad Abduh termasuk anak yang cerdas sekali meskipun beliau berasal dari keluarga petani yang miskin di Mesir. Sejak kecil beliau tekun belajar dan melanjutkan studinya di Al-Azhar.
Ketika di Al-Azhar, beliau bertemu dengan Jamaluddin al-Afghani yang dating ke Mesir. Beliau sangant terkesan dengan pemikiran-pemikiran Afghani. Setelah menamatkan studinya di Al-Azhar, Daru Ulum dan mengajar di rumahnya. Selain itu, beliau juga aktif menulis Al-Ahram.
Akibat ketidaksenangan dan perlawanannya terhadap penguasa, beliau dan Jamaluddin diusir ke Paris. Di kota ini mereka mendirikan majalah Al-Urwatul Wustqa. Selama satu tahun di Perancis, beliau diizinkan kembali ke Mesir dan kemudian diangkat menjadi reiktor Al-Azhar, Kairo.
Sebagai rektor Al-Azhar, beliau memasukan kurikulum filsafat dalam pendidikan di Al-Azhar. Upaya ini dilakukan ntuk mengubah cara berpikir orang-orang Al-Azhar. Usaha ini mendapat tantangan keras dari syakh Al-Azhar lainnya yang masih berpikir kolot. Oeh karena itu, usaha pembaharuan yang dilakukannya lewat pendidikan di Al-Azhar tidak berhasil.
Meskipun begitu, ide-ide pembaharuan yang dibawa Muhammad Abduh membawa dampak positif bagi perkembangan pemikiran dalam Islam. Di antara ide-ide pembaharuannya adalah:
a.    Penghapusan paham Jumud yang berkembang di dunia Islam saat itu.
b.    Pembukaan pintu ijtihad karena ijtihad merupakan dasar penting dalam menginterpretasikan (menafsirkan) kembali ajaran Islam.
c.    Penghargaan terhadap akal, Muhammad Abduh mengatakan bahwa Islam adalah agama rasional yang sejalan dengan akal. Sebab dengan akakkah ilmu pengetahuan maju.
d.   Kekuasaan Negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh Negara yang bersangkutan.
e.    Memodernisasikan system pendidikan di Al-Azhar.
  
6.    Muhammad Rasyid Ridla (1865 – 1935 M)
Rasyid Ridla dilahirkan di A—Qalamun, di pesisir Laut Tengah pada tanggal 23 September 1865 M. Pendidikannya bermula di Madrasah Al-Kitab di Al-Qalamun. Kemudian di Madrasah Al-Rasyidiyah di Tripoli. Di sini beliau belajar nahwu, sharaf, berhitung, dasar-dasar georafim aqidah ibadah, bahasa Arab dan Turki. Tetapi beliau tidak betah di sekolah ni, karena bahasa pengantarnya bahasa Turki.
Kemudian beliau melanjutkan pendidikan tertingginya di Al-Azhar tahun 1898 M dan berguru kepada Muhammad Abduh. Bersama-sama mereka menerbitkan majalah Al-Manar yang memiliki tujuan sama dengan Al-Urwatul Wustqa, di antaranya adalah pembaharuan di bidang agama, sosial, ekonomi, memberantas khirafat dan bid'ah, menghilangkah faham fatalism (pasrah terhadap nasib), serta faham-faham yang dibawa tarekat.
Beliau juga mendesak gurunya, Muhammad Abduh, untuk menulis Al-Qur'an secara modern, yang kemudian dikenal dengan tafsir Al-Manar.
Di antara ide-ide pembaharuannya adalah:
a.    Menumbuhkan sikap aktif dan dinamis di kalangan umat.
b.    Umat Islam harus meninggalkan sikap fatalism (jabariyah)
c.    Akal dapat digunakan untuk nemafsirkan ayat maupun hadits dengan tidak meninggalkan prinsip umum.
d.   Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e.    Kemunduran umat Islam disebabkan karena banyaknya unsure bid'ah dan khurafat yang masuk ke dalam ajaran Islam.
f.     Kedahagiaan di dunia dan di akhirat diperbolehkan melalui hokum alam yang diciptakan Allah SWT.
g.    Perlunya dihidupkan kembali system pemerintahan khalifah.
h.    Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan politik.
i.      Khalifah haruslah orang mujtahid besar yang dengan bantuan para ulama dalam menerapkan prinsip-prinsip hokum Islam sesuai dengan tuntutan zaman.

B.  Cita-cita dan Nilai yang Terkandung dalam Gerakan Modernisasi di Mesir
Cita-cita yang terkandung dalam gerakan modernisasi yang dilakukan oleh para tokoh pemikir di Mesir:
1.    Memurnikan ajaran Islam dari segala unsure takhayul, bid'ah, dan khirafat. Gerakan ini berusaha mengembalikan Islam pada sumber aslinya, membersihkan tauhid dari syirik, membersihkan ibadah dari bid'ah, mengajarkan hidup sederhana sebagai pengganti kemewahan hidup yang melanda kaum muslimin saat itu (Muhammad Abdul Wahhab).
2.    Membebaskan umat Islam dari belenggu taklid yang melanda mat Islam saat itu, sehingga mereka menjadi jumud (Muhammad Abduh).
3.    Memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers, memperkuat faham nasionalisme yang diwujudkan dalam bentuk partai al-Hazb al-Wathani dan menanamkan faham patriotism bagi umat Islam (Al-Tahtawi).
4.    Memperkuat Ukhuwah Islamiyah, menekankan pembaharuan Islam dalam bidang politik pemerintahan dan agama, dengan ide pokok Pan-Islamisme (Jamaluddin Al-Afghani).
5.    Menumbuhkan sikap aktif dan dinamis, meninggalkan sikap fatalism, penggunaan akal dalam memahami ajaran Islam, serta keharusan umat Islam untuk menguasai sains dan teknologi (Muhammad Rasyid Ridla).
Sedangkan nilai-nilai yang terkandung di dalam gerakan modernisasi Islam di Mesir itu adalah sebagai berikut.
1.    Nilai Persatuan
Gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh para tokohnya mempunyai nilai-nilai dasar dalam menciptakan persatuan dan persatuan bagi umat Islam. Tujuannya adalah untuk mengatasi perpecahan yang terjadi di antara umat Islam karena adanya perbedaan dalam persoalan faham, kesukuan, dan sebagainya.
2.    Nilai solidaritas Islam (Ukhuwah Islamiyah)
Solidaritas Islam ini mengandung artian suatu persaudaraan yang merasa senasib sepenanggungan untuk membela umat Islam dalam keadaan suka maupun duka.
3.    Nilai Pembaharuan (Modernisasi)
Nilai pembaharuan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a.       Aspek agama, yaitu pemurnian agama Islam dari unsure takhayul, khirafat, dan bid'ah.
b.      Aspek akhlak, berupa persatuan masyarakat dan menghindari terjadinya perpecahan.
c.       Aspek ekonomi, menciptakan semangat kerja, percaya diri, dan tidak tergantung kepada orang lain.
d.      Bidang politik, dengan menciptakan sistem pemerintahan demokratus dan menghapuskan sistem pemerintahan otoriter.
4.    Nilai Perjuangan (Jihad Fi Sabilillah)
Gerakan pembaharuan Islam mengandung nilai perjuangan, karena gerakan ini ingin menemukan kembali ajaran Islam yang penuh dinamika perjuangan.
5.    Nilai Kemerdekaan (Kebebasan)
Gerakan pembaharuan yang terjadi dalam dunia Islam, yang mengandung nilai-nilai kemerdekaan terutama kemerdekaan berpikir.

C.  Pengaruh Perkembangan Dunia Islam terhadap Umat Islam di Indonesia
Pembaharuan (modernisasi) di Negara-negara Timur Tengah tidak hanya tersebar di lingkungan mereka sendiri, namun juga meluas hingga Indonesia. Pengaruh-pengaruh pembaharuan tersebut antara lain sebagaiberikut.
1.    Gema pembaharuan yang dilakukan Muhammad Abdul Wahhab dan Jamaluddin Al-Afghani sampai juga ke Indonesia, terutama terhadap tokoh-tokoh seperti Haji Muhammad Miskin (Kab. Agam, Sumatera Barat), Haji Abdurrahman (lima puluh kota, Sumatera Barat), dan Haji Salman Faris (Kab. Tanahdatar, Sumatera Barat). Mereka dikenal dengan nama Haji Miskin, Haji Pioabang, dan Haji Sumaniik. Sepulang dari Tanah Suci mereka terilhami oleh Syekh Muhammad Abdul Wahhab.
Mereka pulang dari Tanah Suci pada tahun 1803 M dan sebagai pengaruh pemikiran para pembaharu Timur Tengah tersebut adalah timbulnya gerakan Paderi. Gerakan tersebut ingin membersihkan ajaran Islam yang tercampur baur dengan perbuatan-perbuatan yang bukan Islam. Hal ini menimbulkan pertentangan antara golongan adat dan golongan Paderi.
2.    Pada tahun 1903 M, murid-murid dari Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy (seorang ulama besar bangsa Indonesia di Mekkah yang mendapat kedudukan muolia di kalangan masyarakat dan pemerintah Arab) kembali dari Tanah Suci.
Mereka inilah yang menjadi pelopor gerakan pembaharuan di Minangkabau dan akhirnya berkembang ke seluruh Indonesia. Mereka antara lain sebagai berikut: Syekh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka), Syekh Daud Rasyidi, syekh Jamil Jambik, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).
3.    Munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan Islam modern di Indonesia pada awal abad ke-20, baik yang bersifat keagamaan, politik, maupun ekonomi. Organisasi tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Jamiatul Khair (1905 M), yang merupakan wadah lembaga pendidikan dan pengkaderan generasi muda penerus perjuangan Islam yang berlokasi di Jakarta.
b.      Muhammadiyah (18 Nopember 1912) yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan. Beliau memiliki pemikiran yang tidak menghendaki berkembangnya bid'ah, tahyul kurafat, dan mengembalikan ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadist di Yogyakarta.
c.       Al-Irsyad (1914 M) di bawah pimpinan Ahmad Sukarti dan bertempat di Jakarta.
d.      Persatuan Islam (Persis) di bawah pimpinan Ahmad Hasan yang didirikan tahun 1923 M di Bandung. Al-Irsyad dan Persis memiliki bentuk gerakan yang hamper sama dengan Muhammadiyah.
e.       Serikat Dagang Islam (1911 M) DI bawah pimpinan Haji Samanhudi di Solo. Pada awalnya gerakan tersebut bersifat ekonomi dan keagamaan. Akan tetapi berubah menjadi kegiatan yang bersifat politik. Terjadi perubahan kembali menjadi Partai Serikat Islam dan pada tahun 1929 M kembali berubah menjadi PSII (Partai Serikat Islam).
f.       Jamiyatul Nahdatul Ulama (NU) yang lahir pada 13 Januari 1926 di Surabaya di bawah pimpinan KH. Hasyim Asyari. NU merupakan wadah para ulama di dalam tugas memimpin masyarakat muslim menuju cita-cita kejayaan Islam. Gerakannya kemudian berubah ke arah politik.
g.      Mathla'ul Anwar (1905) di Manas Banten yang didirikan oleh KH. M. Yasin. Organisasi ini bersifat social keagamaan dan pendidikan.
h.      Pergerakan Tarbiyah (Perti) di Sumatera Barat yang didirikan oleh syekh Sulaiman ArRasuli pada tahun 1928 M. Organisasi ini bergerak di budang pendidikan, membasmi bid'ah, khurafat dan tahayul, serta taklid di kalangan umat Islam.
i.        Mersatuan Muslim Indonesia (Permi) yang didirikan pada tanggal 22 Mei 1930 di Bukitinggi. Organisasi ini pada mulanya bersifat keagamaan, kemudian menjadi partai politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia. Pemimpinnya adalah Muchtar Lutfi.
j.        Majlis Islam 'Ala Indonesia yang didirikan atas prakarsa KH. Ahmad Dahlan dan KH. Mas Mansur pada tahun 1937 M. Pada mulanya organisasi ini tidak terlibat pada kegiatan politik, tetapi akhirnya terlibat pula dalam politik praktis yaitu dengan melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.


























SIMPULAN

Selain di Mesir banyak tokoh-tokoh yang muncul dalam gerakan modernisasi dunia Islam dan gerakan tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian.
1.    Era pra-modern (1250 – 1800 M). Gerakan pembaharuan ini dilakukan sebagai otokritik praktek keagamaan popular masyarakat muslim. Para tokoh-tokohnya adalah:
a.    Ibn Taymiyah (Abad ke-7 – 8 H/ 13 – 14 M)
b.    Umar Khayam (1031 M)
c.    Ibnu Sina (1031 M)
d.   Ibnu Rusyd (1198 M)
e.    Hafiz (1383 M)
2.    Era modern (1800 M – dan seterusnya) merupakan respon umat Islam terhadap tantangan yang ditawarkan oleh modernitas barat. Para tokoh pembaharunya adalah:
a.    Al-Afghani (Tan, 1838 M – Turki, 1897 M)
b.    Muhammad Abduh (Mesir, 1849 – 1905 M)
c.    Muhammad Rasyid Ridla (Suriyah, 1865 – 1935 M)
d.   Sher Muhammad Iqbal (Punjab, 1873 – 1938 M)
e.    Sayyid Qutub (Mesir, 1906 – 1966)
f.     Toha Husein (Mesir Selatan, 1889 – 1973 M)
g.    Sher Sayyid Ahmad Khan (India, 1817 – 1898 M)
h.    Sayyid Sabiq
i.      Yusuf Al-Qardawi, dan lain-lain.
Sedangkan di Indonesia muncul berbagai organisasi dan kelembagaan Islam modern pada awal abad ke-20, adalah sebagai berikut.
a.    Jamiatul Khair (1905 M)
b.    Muhammadiyah (18 Nopember 1912)
c.    Al-Irsyad (1914 M)
d.   Persatuan Islam (Persis) (1923 M)
e.    Serikat Dagang Islam (1911 M)
f.     Jamiyatul Nahdatul Ulama (NU) (13 Januari 1926)
g.    Matla'ul Anwar (1905 M)
h.    Pergerakan Tarbiyah (Perti) (1928 M)
i.      Persatuan Muslim Indonesia (Permi) (22 Mei 1930)
j.      Majelis Islam 'Ala Indonesia (1937 M)
































DAFTAR RUJUKAN

Dunia PII. Islam Pantangan Modernitas.

http:// hbis.wordpress.com/2008/12/16/ perkembangan-islam-pada-masa-modern/

Wordpress.com. Para Tokoh Pemikir Modern dalam Islam pada Pembaharuannya di Mesir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar