|
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan yang
telah memberikan segala karunia dan nikmat kepada hamba-Nya sehingga hamba-Nya
harus tunduk dan menyembah-Nya dengan penuh ketaatan. Seuntai kalimat syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat rahmat dan
pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini.
Shalawat dan salam keberkahan semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad Saw, kepada keluarganya para sahabatnya
hingga sampai kepada kita sebagai umatnya.
Selanjutnya, makalah yang berjudul ” Manajemen
Organisasi Sekolah '' ini merupakan aktualisasi dari penulis dalam memenuhi
pada mata kuliah Manajemen Pendidikan dan merupakan bahan / materi untuk
presentasi di kelas. Penulis menyadari akan kekhilafan dan kekurangan dalam
pembahasan atau dalam penuturan bahasanya. Oleh karenanya, penulis berharap
sumbangan kritik yang kontruktif dari para pembaca demi perbaikan di masa yang
akan datang.
Atas partisipasinya semoga Allah SWT. senantiasa
memberikan imbalan yang setimpal. Amin ya robbal 'aalamin.
Bandung, 10 oktober 2011
Penulis
MANAJEMEN PENDIDIKAN
A.
Pengertian Manajemen Pendidikan
Dalam konteks
pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan
istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah
manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak,
tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal
istilah adminitrasi pendidikan.
Manajemen berasal dari kata “manus” yang berarti “tangan”, berarti
menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan
dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada.
Secara teoritis, setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang
batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat
diterima semua orang. Namun demikian dari pemikiran-pemikiran ahli tentang
defenisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses
mendayagunakan orang dan sumber lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien.
Di bawah ini akan
disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh
beberapa ahli.
1.
Luther Gullick, “manajemen suatu ilmu (science)”.
2.
Mary Parker Follet, “manajemen merupakan seni (art)
dalam meyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.”
3.
Kathryn . M. Bartol dan
David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) “Manajemen
adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan
kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi
(organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan
demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”
4.
Stoner sebagaimana
dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) “Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
5.
Ou Liang Lie dalam bukunya
Agus Sabari “Manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian,
pengerahan, pengkordinasian dan pengawasan sumber daya manusia dan alam
terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”
6.
James
H. Donnelly Jr.; James L. Gibson; dan Jhon M. Ivancevich, “ manajemen adalah
proses dari seseorang atau beberapa individu untuk mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan dari orang lain untuk memperoleh hasil yang tidak dapat dilakukan
seorang individu saja”
7.
Karthryn M. Bartol dan David C. Marten, “ manajemen
adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan
kegiatan-kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning),
mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan
mengendalikan (controlling)”
8.
Chuck Williams (2001), “ manajemen adalah
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Jadi seorang manajer bukanlah
mengerjakan semua pekerjaan sendiri. Dia bekerja melalui orang-orang yang
memiliki kemampuan-kemampuan teknis di lapangan, tanpa mengerjakan teknisnya
(walaupun bukan berarti seorang manajer tidak memiliki kemampuan teknis).”
9.
Murti Sumarni-John Soeprihanto (1995),
“manajemen merupakan suatu proses yang terdiri atas kegiatan-kegiatan mulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain. Pemanfaatan
sumber daya-sumber daya lain dalam perusahaan meliputi sumber daya bahan baku
produksi, sumber keuangan, mesin-mesin, dan cara yang digunakan dalam
pemanfaatan yang efisien dan efektif.”
Manajemen pendidikan
merupakan suatu sistem pengelolaan yaitu adanya saling ketergantungan antara
faktor, sumber daya pendidikan, seperti tenaga pendidik, peserta didik,
masyarakat, kurikulum dana (keuangan), sarana dan prasarana pendidikan, tata
laksana pendidikan.
Secara khusus dalam
konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen
pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan
sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil
dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi
(1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan
atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk
mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan
tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan
pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum
maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang
merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan
merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber
daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
B.
Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas
bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain
adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan
dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan
dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry
terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) actuating (pelaksanaan); dan
(4) controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut Henry
Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) commanding (pengaturan);
(4) coordinating (pengkoordinasian);
(5) controlling (pengawasan).
Sementara itu, Harold
Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan); dan
(5) controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick
mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan);
(5) coordinating (pengkoordinasian);
(6) reporting (pelaporan); dan
(7) budgeting (penganggaran).
Untuk memahami lebih
jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan dipaparkan
tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan,
dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi : (1) perencanaan
(planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating) dan
(4) pengawasan (controlling).
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain
merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara
untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone
dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by
which manager set objective, asses the future, and develop course of action
designed to accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan bahwa :
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
Arti penting
perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan,
sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan
seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan
bahwa perencanaan:
(a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan;
(b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama;
(c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran;
(d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat;
(e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;
(f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian
organisasi;
(g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami;
(h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan
(i) menghemat waktu, usaha dan dana.
Indriyo Gito Sudarmo
dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan,
yaitu :
- Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(a) menggunakan kata-kata yang sederhana,
(b) mempunyai sifat fleksibel,
(c) mempunyai sifat stabilitas,
(d) ada dalam perimbangan sumber daya,
(e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.
- Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
- Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan
pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan,
yaitu :
(a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan;
(b) merumuskan keadaan saat ini;
(c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan;
(d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan.
Pada bagian lain,
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya
cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka
perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
(a) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka
panjang,
(b) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan
tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai
dimensi jangka panjang,
(c) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka
pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan
global maupun perencanaan strategis.
Perencanaan strategik
akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan
yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan
teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan
percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.
Pada bagian lain, T.
Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan
perencanaan strategik, sebagai berikut:
1.
Penentuan misi dan
tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan.
Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak.
Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai
ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum
seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian
perusahaan.
2.
Pengembangan profil
perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan
merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi
sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya
perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan
di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai
implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
3.
Analisa lingkungan
eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa
perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu,
perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para
penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan
lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara
langsung operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas
lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks bisnis, namun secara
esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks
pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di
Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun
eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin
sustanabilitas pendidikan itu sendiri.
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen
berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986)
mengemukakan bahwa : “Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka
dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam
melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Lousie E. Boone dan
David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian : “… as the act of planning
and implementing organization structure. It is the process of arranging people
and physical resources to carry out plans and acommplishment organizational
obtective”.
Dari kedua pendapat di
atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk
melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi
pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah
bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan
apa targetnya.
Berkenaan dengan
pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi,
diantaranya adalah:
(a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan;
(b) pengelompokan satuan kerja harus
menggambarkan pembagian kerja;
(c) organisasi harus mengatur
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab;
(d) organisasi harus mencerminkan
rentangan kontrol;
(e) organisasi harus mengandung
kesatuan perintah;
(f) organisasi harus fleksibel dan
seimbang.
Ernest Dale seperti
dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses
pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan
total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang;
dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan
pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian
proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang
paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak
berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating
justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan
orang-orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George
R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan
anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota
perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai
sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di
atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan
dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara
optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang
karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
(1) merasa yakin akan mampu mengerjakan,
(2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
(3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting, atau mendesak,
(4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5)
hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan
(controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam
suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai
fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984)
memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process by which
manager determine wether actual operation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert
J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan
definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan,
bahwa: “Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian,
pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar
pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan
organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu
dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan
pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu
:
(a) penetapan standar pelaksanaan;
(b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
(c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata;
(d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan;
(e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Fungsi-fungsi manajemen
ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan
lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan
demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara
berbagai fungsi manajemen.
Dalam perspektif
persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif
dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital.
Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan
berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan
tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya
akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan
pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap
kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan
realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan
pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
C.
Manajemen Berbasis Sekolah
1. Pengertian
Istilah manajemen
berbasis sekolah berasal dari 3 kata, yaitu manajemen berbasis, dan sekolah.
Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui jumlah
input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Catatan : sumber daya terbagi atas sumber daya manusia, dan sumber daya
selebihnya (peralatan, perlengkapan, bahan / material, dan uang), input
manajemen terdiri dari tugas, rencana, program, limitasi yang terwujud dalam
bentuk ketentuan-ketentuan pengendalian (tindakan turun tangan), dan kesan dari
anak buah ke Ibu / Bapak buah.
Dari uraian tersebut
dapat dirangkum bahwa “manajemen berbasisi sekolah” adalah pengkoordinasian dan
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara otomatis (mandiri) oleh sekolah
melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka
pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait
dengan sekolah secara lansung dalam proses pengambilan keputusan
(partisipatif).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan
semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki karakteristik Apabila manajemen
berbasis lokasi lebih difokuskan pada tingkat sekolah, maka MBS
akan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan
tanggap terhadap kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu
berada. Ciri- ciri MBS bisa dilihat
dari sudut sejauh mana sekolah
tersebut dapat mengoptimalkan
kinerja organisasi sekolah, pengelolaan sumber daya manusia (SDM), proses belajar-mengajar
dan sumber
daya sebagaimana digambar- kan dalam tabel berikut:
Ciri-ciri sekolah yang melaksanakan MBS
Organisasi Sekolah
|
Proses Belajar mengajar
|
Sumber Daya Manusia
|
Sumber Daya dan
Administrasi
|
Menyediakan manajemen/ organisasi/ kepemimpinan transformasional * dalam mencapai
tujuan sekolah
|
Meningkatkan kualitas belajar siswa
|
Memberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melayani keperluan
siswa
|
Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan sumber
daya tsb. sesuai dengan kebutuhan
|
Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan untuk sekolahnya
sendiri
|
Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan siswa
dan masyarakat
|
Memiliki staf dengan
wawasan MBS
|
Mengelola dana sekolah secara
efektif dan efisien
|
Mengelola kegiatan
operasional sekolah
|
Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif
|
Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada semua staf
|
Menyediakan dukungan administratif
|
Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakat
|
Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa
|
Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
|
Mengelola dan memelihara gedung
dan sarana
|
Menggerakkan partisipasi masyarakat
|
Berperanserta dalam memotivasi siswa
|
Menyelenggarakan forum /diskusi untuk membahas kemajuan kinerja sekolah
|
|
Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab kepada masyarakat
dan pemerintah
|
Dikutip dari Focus on School: The
Future Organization of Education Service for Student, Department of Education,
Queensland, Australia*)
2. Tujun Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen berbasis
sekolah bertujuan untuk “memberdayakan” sekolah, terutama sumber daya
manusianya (kepala sekolah, guru, kariawan, siswa, orang tua siswa, dan
masyarakat sekitarnya), melalui pemberian kewenangan, fleksibilitas, dan sumber
daya lain untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang
bersangkutan.
3. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
3. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS memberikan
kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, seperangkat tanggung jawab.
Dengan adanya otonomi yang diberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan
pengembangan strategi MBS sesuai kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan
kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas.
D.
Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara tentang
kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang
bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan.
Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
- Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
- Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
- Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Hal serupa dikemukakan
pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa bidang-bidang administrasi pendidikan terdiri
dari :
- Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.
- Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
- Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Thomas
J. Sergiovani sebagimana dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2002) mengemukakan
delapan bidang administrasi pendidikan, mencakup : (1) instruction and
curriculum development; (2) pupil personnel; (3) community school leadership;
(4) staff personnel; (5) school plant; (6) school trasportation; (7)
organization and structure dan (8) School finance and business management.
Di lain pihak,
Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah menerbitkan buku
Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang
kegiatan manajemen pendidikan, meliputi: (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen
personalia; (3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) manajemen
perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah.
Dari beberapa pendapat
di atas, agaknya yang perlu digarisbawahi yaitu mengenai bidang administrasi
pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas J. Sergiovani. Dalam konteks pendidikan
di Indonesia saat ini, pandangan Thomas J. Sergiovani kiranya belum sepenuhnya
dapat dilaksanakan, terutama dalam bidang school transportation dan business
management. Dengan alasan tertentu, kebijakan umum pendidikan nasional belum
dapat menjangkau ke arah sana. Kendati demikian, dalam kerangka peningkatkan
mutu pendidikan, ke depannya pemikiran ini sangat menarik untuk diterapkan
menjadi kebijakan pendidikan di Indonesia.
Merujuk kepada
kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan
Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang
bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :
1. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum
merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen
kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk
menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan
manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :
(a) perencanaan;
(b) pengorganisasian dan koordinasi;
(c) pelaksanaan;
(d) pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang
siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
- Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
(1) analisis kebutuhan;
(2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis;
(3) menentukan disain kurikulum;
(4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan
penilaian.
- Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah :
(1) perumusan rasional atau dasar pemikiran;
(2) perumusan visi, misi, dan tujuan;
(3) penentuan struktur dan isi program;
(4) pemilihan dan pengorganisasian materi;
(5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran;
(6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar;
(7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
- Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah:
(1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran);
(2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan);
(3) penentuan strategi dan metode pembelajaran;
(4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran;
(5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar;
(6) setting lingkungan pembelajaran
- Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)
2. Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen
kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu :
(a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus
didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan
keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka;
(b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan
intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana
kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang
secara optimal;
(c) siswa hanya termotivasi belajar,
jika mereka menyenangi apa yang diajarkan;
(d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi
juga ranah afektif, dan psikomotor.
3. Manajemen personalia
Terdapat empat prinsip
dasar manajemen personalia yaitu :
(a) dalam mengembangkan sekolah,
sumber daya manusia adalah komponen paling berharga;
(b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan
baik, sehingga mendukung tujuan institusional;
(c) kultur dan suasana organisasi di
sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pengembangan sekolah;
(d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar
setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan
sekolah.
Disamping faktor
ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen
personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di
sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil
sekolah menjadi mutlak diperlukan.
4. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan di
sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat
sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program
tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan
pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
Inti dari manajemen
keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu,
disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan
pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu
diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik
yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
5. Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen perawatan
preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara
periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler,
dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja,
memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya
efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam manajemen ini
perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim
pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan
perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada
masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil
meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran
merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk
pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan
pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan
informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan
membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk
memotivasi warga sekolah.
KESIMPULAN
Manajemen berasal dari kata “manus” yang berarti “tangan”, berarti
menangani sesuatu, mengatur, membuat sesuatu menjadi seperti yang diinginkan
dengan mendayagunakan seluruh sumber daya yang ada.
Secara teoritis, setiap ahli memberikan pandangan yang berbeda tentang
batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal yang dapat
diterima semua orang. Namun demikian dari pemikiran-pemikiran ahli tentang
defenisi manajemen kebanyakan menyatakan bahwa manajemen merupakan suatu proses
mendayagunakan orang dan sumber lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan
merupakan suatu sistem pengelolaan yaitu adanya saling ketergantungan antara
faktor, sumber daya pendidikan, seperti tenaga pendidik, peserta didik,
masyarakat, kurikulum dana (keuangan), sarana dan prasarana pendidikan, tata
laksana pendidikan. fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif
persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi :
(1) perencanaan (planning);
(2) pengorganisasian (organizing);
(3) pelaksanaan (actuating);
(4) pengawasan (controlling).
manajemen berbasisi
sekolah” adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara otomatis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk
mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan
semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara lansung dalam
proses pengambilan keputusan (partisipatif).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan
semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
memiliki karakteristik Apabila manajemen berbasis
lokasi lebih difokuskan pada tingkat
sekolah, maka MBS akan
menyediakan layanan pendidikan
yang komprehensif dan tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat di mana
sekolah itu berada. Ciri- ciri MBS bisa dilihat dari
sudut sejauh mana sekolah tersebut
dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, pengelolaan
sumber daya manusia (SDM), proses belajar-mengajar
dan sumber
daya.
DAFTAR RUJUKAN
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/
http://guruidaman.blogspot.com/2012/08/manajemen-mutu-pendidikan.html
http://mmpendidikanpasundan.blogspot.com/2011/06/perubahan-budaya-organisasi-sekolah.html
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/03/manajemen-berbasis-sekolah.html
https://sites.google.com/site/manajemendanorganisasi/
http://forumsejawat.wordpress.com/2011/02/01/pengertian-manajemen-pendidikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar